Senin, 16 Februari 2015

Problems in Love (Part 6-END)






Title : Problems in Love


Author : @ashfia0515


Type : Chapter


Rating : PG 15


Genre : Romance


Main Cast : - Jessica Jung - Lee Donghae







HAPPY READING






Donghae mengemudikan mobilnya dengan cepat menyusuri jalan kota Seoul yang selalu ramai ini. Ia sangat kesal dengan kedatangan Sooyoung dan eommanya tadi. Menurutnya, kedatangan mereka telah mengganggu kebersamaannya dengan Jessica yang mulai menghangat.

"Jess, mianhae ne! Atas perlakuan eommaku tadi!" Donghae membuka pembicaraan setelah sebelumnya keheningan melandanya.

"Ani, gwaenchanna. Justru aku yang harus minta maaf, aku selalu membuat keributan. Aku juga malah membuat hubungan kalian memburuk. Jeongmal mianhae." Ucap Jessica. Ia menundukkan kepalanya.

"Ani. Kau tidak membuat keributan. Kau tidak salah, jangan menyalahkan dirimu!" Tegas Donghae.

Donghae menghentikan mobilnya di depan rumah mewah yang di tempati Jessica. Segera ia keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Jessica.

"Mianhe ne!" Ucap Donghae lagi.

"Gwaenchanna. Aku minta maaf karena sudah merepotkanmu." Donghae tersenyum pada Jessica.

"Apa kau tidak ingin masuk dulu?" Tawar Jessica sambil menunjuk rumahnya, Donghae hanya menggeleng sebagai jawaban. Jessica kemudian masuk kedalam rumahnya meninggalkan Donghae. Terdengar suara mesin mobil Donghae yang sepertinya akan segera melaju. Setelah Jessica meyakini mobil Donghae telah menghilang, ia kembali keluar dari pelataran rumahnya. Lalu menengok ke arah dimana mobil Donghae menghilang, ia bisa melihat mobil Donghae yang sudah jauh dari rumahnya.

Jessica meniup poninya lalu masuk kedalam rumahnya. Ia terkejut ketika membuka pintu rumah dan mendapati appanya tengah duduk di kursi ruang tamu.

"A... a.. appa?" Ucap Jessica tak percaya, ia masih kaget.

"Dari mana saja kau?" Tanya appa Jessica dengan tegas.

"Appa kapan kembali? Kenapa tidak menghubungiku dulu?" Jessica mencoba mengalihkan pembicaraan, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Eunggg.. aku.... itu....." Jessica kini bingung harus menjawab apa. Ia tak mungkin mengatakan bahwa ia menginap di aparteman namja.

"Jessie!!!" Terdengar eommanya meneriakkan namabnya. Jessica bernafas lega karena eommanya bisa menyelamatkannya dari introgasi appanya.

"Chagi-ah, dari mana saja? Bogosshipo!!" Eomma Jessica yang tiba-tiba datang langsung memeluk putri kesayangannya itu.

"nan gwaenchanna eomma!"


==


Donghae memilih kembali bergelut dengan pekerjaannya seusai mengantarkan Jessica kerumahnya. Daripada ia harus pulang ke apartemannya, karena ia tak yakin Sooyoung dan eommanya sudah pulang dari sana.

Ia menatap pada beberapa berkas penting yang harus ia tanda tangani, tugas yang mengantri untuk dikerjakan, dan juga jadwal rapat dan meeting yang padat. Kerjaannya hari ini sangatlah menumpuk, sampai-sampai Sungmin assistannya tak mampu membantunya membereskan semua pekerjaannya. Kemarin ia tak pergi ke kantor karena lebih memilih menemani Jessica di apartemannya.

Jessica. Satu nama itu selalu membuatnya melupakan apa yang harus dilakukannya. Mungkin memang benar, cintalah yang membuatnya begini. Sampai ia rela berkorban hanya untuk gadis bermarga Jung itu.


==


Goresan tinta hitam diatas kertas putih yang di tulis Jessica sudah menjadi kebiasaannya, ketika ia selesai memeriksa pasiennya. Menulis beberapa resep obat untuk pasiennya.

Ia sudah kembali bekerja pasca pertengkaran eommanya dan eomma Donghae yang membuatnya frustasi dan sampai mabuk, hingga membuatnya harus bermalam di aparteman Donghae selama dua malam ini.

"Obat ini bisa anda minum tiga hari sekali, setelah ataupun sebelum makan. Jika masih terasa sakit, anda bisa kembali kesini!" Ucap Jessica ramah. Pasien tersebut lalu mengangguk.

"Gomawo uisa!" Ia pun keluar dari ruangan Jessica dengan senyumannya.

Hahh kini Jessica kembali sendiri di dalam ruangannya. Ia mengeratkan jas putih yang ia kenakan lalu mengecek ponselnya. Membosankan. Tak ada seorangpun yang mengiriminya pesan. Entah kenapa saat ia mengutak-atik ponselnya, ia langsung tertuju pada kontak nomor Donghae. Berpikir untuk menghubunginya??

Jessica menggigit bibir bawahnya. Tidak tidak tidak untuk apa ia menghubungi Donghae? Berkata bahwa ia merindukannya?? Ani, gengsi!! Harusnya Jessica tahu jika jam-jam seperti ini Donghae sedang bekerja. Jessica mengurungkan niatnya, ia memandang sekelilingnya mencari hal yang menurutnya menarik.

Sekilas ia melirik pada loker mejanya. Tak ada yang menarik memang. Tapi pikirannya terus membawanya untuk melihat pada loker tersebut. Satu detik, dua detik, Jessica masih memandangi loker itu. Hingga detik kesepuluh, akhirnya Jessica membuka loker tersebut.

Ahhh, ia melupakan sesuatu. Ada sebuah kotak hitam disana. Ia baru ingat, bahwa sebelum Hyoshin pergi, anak itu ingin ia melihat isi dari kotak hitam itu.

Jessica meniup debu yang menutupi kotak hitam tersebut. Segera ia membukanya. Terdapat gambar disana yang merupakan hasil tangan Hyoshin. Anak itu menggambar kedua orang tuanya, noonanya, juga dirinya yang sedang tersenyum bahagia. Ada juga dua orang lain disana. Seorang wanita dengan gaun pengantin dan pria yang memakai tuxedo. Diatas itu tertulis 'Dokter Jess dan Donghae hyung' Jessica mulai berkaca-kaca.

Lalu ia melihat kertas berikutnya. Tak ada gambar, namun hanya tulisan. 'Dokter Jess jangan menangis lagi. Tetaplah bersama Donghae hyung' Jessica tersenyum membaca tulisan tangan Hyoshin. Tulisan khas anak kecil, tidak terlalu bagus, namun mudah di bacanya.

Jessica menangis. Belakang ini ia telah melupakan anak itu. Anak yang selalu mendukungnya. Demi Tuhan, sejujurnya ia merindukan anak itu. Sangat. Dulu, anak itulah yang menemani Jessica di waktu senggang seperti ini.

Tanpa pikir panjang ia langsung beranjak dari duduknya, berniat untuk mengunjungi makam Hyoshin. Ya, benar juga, semenjak kematiannya, Jessica belum pernah sekalipum mengunjungi makam Hyoshin.

Ia menutup pintu ruang kerjanya. Namun, saat ia berbalik, tak sengaja ia menabrak seseorang.

"Kyuhyun?"


==


Sedari tadi, Donghae tak berhenti melirik handphonenya. Walaupun ia tengah bekerja, tapi entah mengapa seperti ada yang menariknya untuk melirik handphonenya. Ia pun membuka handphonenya. Sepi. Tak ada yang menarik. Tapi entah kenapa ia betah memandangi handphonenya itu. Apa karena wallpaper yang ia pasang?

Ia menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyuman manis yang menambah kadar ketampanannya. Saat melihat foto seorang wanita yang terpampang di layar hpnya. Ia memang tak pernah mengganti wallpapernya. Ia hanya suka foto gadis itu yang selalu terpasang di wallpaper hpnya.

Donghae bangkit dari kursi kebesarannya. Ia keluar dari ruangan kerjanya tanpa memperdulikan kerjaannya yang masih menumpuk. Entahlah, kenapa dirinya mendadak ingin menemui wanita itu. Ya wanita yang selalu dalam pikiran dan hatinya. Siapa lagi jika bukan Jessica. Si putri tunggal keluarga Jung.

Donghae memarkirkan mobilnya di pelataran rumah sakit. Segera ia masuk dan menuju ruangan Jessica yang sudah sangat dihafalnya.

Tetapi saat ia sudah sampai di ruangan Jessica, ia tak mendapati gadis itu.

"Dokter Jessica kemana ya??" Tanya Donghae pada seorang perawat yang kebetulan lewat dihadapannya.

"Ohh, tadi Dokter Jung izin berkunjung ke makam Hyoshin." Jawab perawat itu ramah. Donghae mengangguk. "Gomawo!"


==


Bunga lili putih yang tadi dibelinya toko bunga, Jessica letakkan di atas pusara Hyoshin. Dengan di temani Kyuhyun, Jessica berziarah disana.

Tangan gadis itu bergerak mengusap pusara itu. Ia terus memandanginya dengan mata yang sendu dan mulai berkaca-kaca. Rasa bersalah mulai kembali menyerangnya. Jika ia mengingat Hyoshin, ia merasa dirinya tak berguna. Mengapa ia tak bisa menyelamatkan Hyoshin? Jessica merasa dirinya bodoh. Kenapa waktu itu ia malah memikirkan kisah cintanya? Sedangkan waktu itu Hyoshin sangat membutuhkan perhatiannya.

Jessica sudah tak bisa menahan air matanya yang semenjak tadi mendesak keluar dari pelupuk matanya. Bahunya mulai bergetar, dan isakkannya mulai terdengar.

Kyuhyun yang mendengar Jessica terisak, hanya bisa mengusap punggung Jessica mencoba untuk menenangkannya. Namun Jessica malah semakin menangis, membuat Kyuhyun memasukkan tubuh mungil itu kedalam dekapannya.

Kyuhyun merasakan bahu Jessica yang bergetar, membuatnya tak tega. Walaupun Jessica tidak bisa menerima persaannya, Kyuhyun tetap akan selalu di sampingnya. Mungkin benar ada yang mengatakan 'cinta pada pandangan pertama' mungkin dulu Kyuhyun tak mempercayai kata-kata itu. Namun semenjak ia bertemu dengan Jessica, mungkin ia adalah orang yang paling mempercayai kata-kata seperti itu. Ya Kyuhyun telah mulai mencintai Jessica walau ia belum bisa memiliki hati gadis itu sepenuhnya.

Tiba-tiba Jessica melepas pelukannya. Gadis itu kini memilih mengusap pusara Hyoshin sambil masih terisak. Kyuhyun kini hanya bisa merangkul gadis itu, mencoba menenangkannya. Walau gadis itu tak kunjung menghentikan tangisnya.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan dari kejauhan. Namun sepertinya hanya Jessica yang tak menyadari adanya sepasang mata itu. Ketika Kyuhyun menatap mata tersebut, dengan cepat pemilik mata itu mengalihkan pandangannya. Kyuhyun mengerti, bahwa tatapan itu menunjukkan ketidaksukaan.

Donghae. Namja si pemilik mata yang entah sejak kapan memperhatikan Jessica dan Kyuhyun, kini mulai berjalan mendekati keduanya. Namun sepertinya Jessica belum menyadari kedatangannya, karena gadis itu masih menangis sambil menatap pusara Hyoshin.

Kyuhyun mulai bangkit, seolah mengerti, ia mulai meninggalkan Jessica. Dan sepertinya ia harus mengubur perasaannya pada Jessica dalam-dalam. Kyuhyun tak mau menjadi penghalang diantara kedua orang yang saling mencintai. Ia lebih memilih melihat Jessica bahagia bersama namja yang dicintainya, walau akan terasa menyakitkan. Tapi ia tak mau memaksakan perasaan Jessica untuk menerimanya.

Donghae langsung menghampiri Jessica dan berjongkok di depan pusara Hyoshin. Gadis itu belum juga menyadari keberadaannya.

Donghae langsung memeluk Jessica dari belakang, membuat gadis itu sejenak menghentikan tangisnya.

Jessica yang kaget karena tiba-tiba Kyuhyun memeluknya dari belakang. Ani, ini berbeda. Ini bukan Kyuhyun. Ia seperti tersengat listrik ketika tubuh kekar itu memeluknya. Ia juga merasa lebih nyaman ketika tubuh ini memeluknya. Jessica segera membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memeluknya sekarang.

"Donghae??" Kaget Jessica ketika mengetahui ternyata yang memeluknya adalah Donghae.

"Ne, ini aku.. uljima" Donghae menghapus air mata Jessica lembut dengan ibu jarinya.

"Ssssstttt.... sudah jangan menangis lagi!" Ucap Donghae menenangkan Jessica. Ia kembali memeluk gadis itu, mengusap-usap rambutnya dengan lembut.

"sssttt.. uljima... kau harus merelakan Hyoshin, jika kau ikhlas, Hyoshin juga akan pergi dengan tenang. Kau ingatkan Hyoshin itu paling benci jika kau menangis?" Jessica masih tetap menangis, bahunya bergetar, kedua tangannya meremas sisi jas yang di kenakan Donghae.

"Ssssttt.." Donghae semakin mengeratkan pelukannya. Tangis Jessicapun mulai mereda. Memang hanya pelukan dari namja inilah yang bisa membuatnya merasa tenang.


==


Ny. Lee menatap tajam pada anaknya. Semenjak kapa Donghae menjadi pembangkang seperti ini?? Dulu Donghae adalah anak yang penurut. Tapi sekarang? Bahkan mendengarkan nasihatnya saja, Donghae sudah enggan.

"Sampai kapan kau akan begini?" Tanya eomma Donghae dingin pada Donghae yang bahkan seperti tak memperdulikan pertanyaan yang di lontarkan untuknya. Namja itu hanya berbaring santai di atas sofa ruang tengah rumahnya.

"Donghae! Apa kau mendengar eomma?" Tegasnya lagi. Donghae masih tak memperdulikannya. Sesekali namja itu meneguk lemon tea yang telah menemaninya beberapa menit yang lalu.

"Lee Donghae!"

"Oh appa!" Seru Donghae ketika melihat appanya baru saja pulang.

"Donghae-ah? Sejak kapan kau disini?" Tanya appa Donghae lalu menghampiri anaknya itu.

"Belum lama, bukankah appa ingin menonton bola bareng? Aku sudah mempersiapkan semua" Donghae menunjuk ke meja di depannya. Terdapat banyak makanan disana. Rencananya ia akan menonton bola bersama appanya malam ini.

"Kalian ini! Appa dan anak sama saja! Donghae! Sampai kapan kau akan begini?" Eomma Donghae mulai naik pitam.

"Memangnya eomma sendiri sampai kapan akan begini?? Membenci Jessica, karena masa lalu eomma yang kelam!"cetus Donghae. Sontak kedua orang tuanya menoleh tak percaya pada Donghae.

"Da.. dari mana kau.. kau tahu??" Tanya eomma Donghae.

"Oh, jadi benar?? Eomma ingin balas dendam??? Kenapa Jessica jadi sasarannya??? Aku tanya apa salahnya???" Tanya Donghae bertubi-tubi membuat eommanya diam tak bisa menjawab.

"DONGHAE!! KAPAN KAU AKAN MENGERTI PERASAAN EOMMA???"

"LALU KAPAN EOMMA AKAN MENGERTI PERASAANKU??" Eomma Donghae diam membisu, tak tahu harus menjawab apa. Ia sangat kecewa pada anaknya.

"selama ini aku selalu menuruti apa yang eomma mau. Tapi kali ini aku tak akan menuruti permintaan eomma. Aku tak mau menikahi Sooyoung!! Aku berhak menentukan siapa yang akan menjadi pendamping hidupku eomma!! Eomma seharusnya melupakan masa lalu eomma!! Sekarang eomma sudah mempunyai kehidupan sendiri!! Tak usah mengungkit masa lalu!! waktu tidak bisa terulang!!" Ucap Donghae panjang lebar. Eommanya hanya diam, tak percaya dengan apa yang baru saja Donghae katakan padanya.

"Sudahlah kalian tidak usah bertengkar!" Appa Donghae berusaha melerai pertengkaran anak dan istrinya yang belakangan ini sering terjadi. Ia tak tahu kapan masalah ini akan cepat teratasi. Sejujurnya ia juga tak suka pada sikap istrinya. Menurutnya terlalu kekanak-kanakkan. Benar. Seharusnya istrinya itu tak usah mengungkit masa lalunya dengan kehidupan anaknya yang tak tahu apa-apa. Donghae dan Jessica adalah korban masa lalu orang tua mereka.


==


Hening. Tak ada yang memulai pembicaraan saat keluarga Jung tengah menyantap santapan malam mereka. Hanya dentingan alat makan yang terdengar menggema di ruang makan mewah bergaya eropa itu.

"Eomma, appa!" Panggil Jessica memecah keheningan.

"Wae?" Balas eommanya.

"Eum..." Jessica terlihat ragu akan mengucapkan ini. Tapi apa salahnya jika bertanya.

"Bicaralah Jung!" Ucap appa Jessica.

"Eomma, apa eomma dan appa akan marah jika aku membatalkan perjodohan dengan Kyuhyun?" Tanya Jessica pada akhirnya.

"Ohhh, gwaenchanna. Eomma dan appa tidak akan terlalu memaksamu! Ya kan?" Tuan Jung mengangguk menyetujui perkataan istrinya. Jessica tersenyum dengan wajah yang berbinar. Disamping itu, ia sangat bersyukur karena mempunyai orang tua yang sangat mengerti perasaannya.


==


Ny. Choi terus saja memperhatikan anaknya. Setelah kejadian kacaunya pernikahan Sooyoung dan Donghae, seringkali Ny. Choi mendapati anaknya sedang melamun. Jika ditanya kenapa, Sooyoung selalu berkata tidak apa-apa. Padahal Ny. Choi tahu, pasti Sooyoung tengah memikirkan pernikahannya yang kacau itu.

Seperti sekarang ini, Sooyoung hanya memandang lurus pada pemandangan dari balkon kamarnya. Entahlah, Sooyoung memang keras kepala dan type wanita yang manja. Namun begitu, setiap orang pasti memiliki sisi baik bukan?

Ia hanya memikirkan jalan yang terbaik untuk dirinya. Apa ia salah jika mencintai Donghae? Ho, itu hak masing-masing. Menyukai lawan jenis, itu wajar. Tapi apa masih wajar jika ia mencintai namja yang bahkan mencintai yeoja lain? Donghae tak pernah meliriknya, bahkan sepertinya enggan. Setiap kali Sooyoung menatap matanya, hanya ada rasa tak suka yang terpancar disana. Memang selama ini ia egois. Melukai hati seseorang hanya karena namja yang di cintainya, yang bahkan namja itu tak sedikitpun peduli padanya. Tapi jika berkorban demi cinta, disebut egoiskah itu??

Sooyoung sendiri memang mengakui dirinya salah. Tak seharusnya juga ia bersikap kasar pada Jessica. Gadis itu tidak salah, ia hanya beruntung mendapatkan cinta Donghae. Jika bisa, ingin ia bertukar raga dengan Jessica agar bisa merasakan kasih sayang Donghae yang tak pernah ia rasakan. Jadi, sekarang apa yang mesti dilakukan Sooyoung?

"Eomma, aku ingin kembali ke Amerika!" Ucap Sooyoung, ia mencoba meyakinkan dirinya. Eommanya kaget, ia mengerutkan keningnya. Ada apa dengan Sooyoung?

"Wae? Bukankah sebentar lagi kau dan Donghae akan segera menikah di Jeju?" Tanya eomma Sooyoung heran. Bukankah anaknya ini selalu mengejar-ngejar Donghae. Apa mungkin Sooyoung menyerah?

"Ani, aku akan batalkan itu. Aku hanya ingin menikah dengan lelaki yang mencintaiku" ucap Sooyoung, ia menyakinkan dirinya walau ini sangat berat baginya.


==


"Sooyoung? Apa yang kau katakan?" Tanya eomma Donghae sedikit tak percaya dengan omongan Sooyoung.

"Mianhae ahjumma, aku akan kembali ke Amerika." Sooyoung menunduk sambil memainkan jarinya.


"Ta... tapi bagaimana dengan pernikahan kalian??" Nada suara eomma Donghae mulai meninggi.

"Mianhae, aku harus membatalkannya. Kurasa Donghae oppa tidak pernah mencintaiku" ucap Sooyoung. Sebenarnya ia ingin terus menjalankannya, ia juga ingin sekali menikah dengan Donghae. Namun jika ia tahu itu akan berujung menyakitkan, untuk apa di lakukan?

"Hahhh... ini membuatku gila!!" Ketus eomma Donghae, ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Benar-benar. Semua rencananya berantakan. Gagal total.

"Apa karena gadis itu??" Tanya eomma Donghae antusias. Ia kembali menegakkan duduknya.

"Ani" jawab Sooyoung singkat.

"Diakan yang mengganggu kalian??? Aku harus melakukan sesuatu!!" Sooyoung yang mendengar itu langsung mencegahnya.

"Ani, ahjumma. Dia sama sekali tak melakukan apapun. Tolong jangan lakukan sesuatu terhadapnya!!" Pinta Sooyoung, ia memegang tangan eomna Donghae. Dengan cepat, eomma Donghae menghempaskan tangannya lalu bangkit dari duduknya.

"Ini benar-benar membuatku gila!" Eomma Donghaepun pergi meninggalkan Sooyoung dengan rasa kesalnya.

Sooyoung masih diam di tempat. Ia tersenyum kecut ketika mendengar ucapan eomma Donghae yang mengatakan jika Jessica adalah pengganggu. Sebenarnya siapa pengganggunya?? Jessica atau Sooyoung. Ia sangat mengakui dirinya bahwa ialah pengganggu sebenarnya yang membuat keretakan hubungan Donghae dan Jessica.

Sooyoung kini berdiri di depan sebuah pintu putih. Bahkan ia tak berani untuk membuka dan mengetukanya, tapi ia rasa harus.

CLEKK

Kini Sooyoung memberanikan dirinya untuk membuka pintu berwarna putih itu. Dan mulai masuk kedalamnya.

"Jess??" Panggilnya pelan, yeoja yang ada di dalamnya menoleh dan membelalakkan matanya. Ia terkejut dengan kedatangan Sooyoung. Ada apa lagi yeoja itu mendatanginya.

"Sooyoung??" Jessica masih tak percaya. Apa lagi yang akan di perbuat oleh wanita ini.

Sooyoung benar-benar meras bersalah ketika melihat Jessica yang sepertinya ketakutan melihatnya mendangi gadis itu lagi. Semenyeramkan itukah dirinya?

"Jess, ada yang ingin aku katakan padamu" ucap Sooyoung. Jessica mengangguk.

"Baiklah silahkan duduk!" Jessica mempersilahkan Sooyoung duduk. Jessica sungguh tak tahu dengan apa yang akan dilakukan Sooyoung padanya. Ia hanya harus menjaga-jaga bila tiba-tiba Sooyoung menjambak rambutnya seperti waktu itu.

"Wae?" Tanya Jessica memulai pembicaraan.

"Aku tak mau basa-basi. Langsung pada intinya saja." Sooyoung menghela nafasnya lalu melanjutkan kalimatnya lagi.

"Aku ingin meminta maaf atas semua kelakuan kasarku padamu Jess, aku akui aku salah. Mianhae, aku sudah merusak hubungan kalian. Mianhae Jess, aku akan pergi ke Amerika dan membatalkan pernikahan kami!" Ucap Sooyoung panjang lebar. Jessica tak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Sooyoung. Ia hanya diam menatap Sooyoung dengan berkaca-kaca.

"Soo...." belum sempat Jessica beres berbicara, Sooyoung sudah memotong perkataannya.

"Mianhae Jess, sekarang aku dan Donghae oppa tak ada hubungan apapun! Kalian bebas. Mianhae telah membuat hubungan kalian seperti ini!" Sooyoung yang sedari tadi menahan air matanya akhirnya jatuh. Ia merasakan sesak didadanya. Memang tak mudah melepaskan orang yang kita cintai.

Jessica selangkah mendekat pada Sooyoung, kemudian ia memeluk tubuh Sooyoung yang lebih tinggi darinya itu. Tangis mereka seketika pecah dalam pelukan itu.

"Gomawo Sooyoung.." bisa Jessica rasakan Sooyoung mengangguk.


==


"Permisi apa Dokter Jung sedang berada di ruangannya?" Tanya Donghae ramah pada seorang perawat.

"Oh, ne. Ia sedang kedatangan tamu"

"Boleh ku tahu siapa tamunya?"

"Eumm. Nona Choi!" Donghae sedikit kaget. Nona Choi. Sooyoung?? Apa itu Sooyoung?? Astaga! Apa lagi yang akan di lakukan yeoja keras kepala itu pada Jessica??

Donghae kemudian berlari menuju ruangan Jessica. Ia berlari secepatnya, sebelum terjadi sesuatu pada Jessica. Ia tak tahu akal licik apa lagi yang akan diperbuat Sooyoung kali ini. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Donghae langsung masuk.

Dan ternyata benar. Sooyoung ada disana bersama Jessica. Ia melihat Jessica sedang menangis. Ck, apa yang telah dilakukan yeoja itu?? Donghae segera menghampiri kedua wanita itu.

"APA LAGI YANG KAU LAKUKAN HAHH??" Donghae langsung menarik tangan Sooyoung, menjauhkannya dari Jessica. Perbuatan Donghae membuat Sooyoung kaget, tapi gadis itu tetap menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang sudah basah karena air matanya.

"Donghae! Sudah! Sooyoung tak melakukan apapun!" Jessica berusaha mencegah Donghae sebelum amarah pria itu memuncak.

Sooyoung sedikit melirik Jessica yang juga menatapnya. Sooyoung mengerti dengan tatapan Jessica. Gadis itu menyuruhnya pergi dengan isyarat matanya. Ia mengerti maksud Jessica, ia bukan ingin mengusirnya, tapi Jessica menyuruhnya pergi sebelum Donghae naik pitam.

"Mianhae. Aku... aku.. aku akan pergi!" Sooyoung langsung keluar dari ruangan Jessica dengan tangisnya yang semakin menjadi. Sakit. Sangat sakit. Kenapa Donghae tak pernah menghargai perasaannya?

"Apa yang dilakukannya padamu hn?" Tanya Donghae pada Jessica setelah Sooyoung pergi. Ia terlihat sangat khawatir.

"Gwaenchanna Hae, dia tak melakukan apapun. Seharusnya kau tak usah bersikap seperti itu padanya. Dia datang hanya untuk meminta maaf" jelas Jessica, ia menurunkan tangan Donghe yang berada di pipinya.

"Meminta maaf?" Tanya Donghae.

"Ne, dia akan kembali ke Amerika."

"Jeongmal??" Jessica mengangguk, tiba-tiba Donghae memeluknya.

"Itu berarti, kita tinggal selangkah lagi!" Ucap Donghae tepat di telinga Jessica, membuat gadis itu bergidik geli karena merasakan nafas Donghae yang berhembus di telinganya. Jessica mulai menyunggingkan senyumannya, perlahan ia mulai membalas pelukan Donghae dan menikmatinya.


==


"Aaahhh!!! Lepaskan! Kau mau bawa aku kemana?" Jessica berusaha melepaskan tangannya yang di genggam erat oleh Donghae. Gadis itu mendengus kesal karena Donghae menarik tangannya paksa.

"Ayo cepat masuklah!" Donghae membukakan pintu mobilnya, menyuruh Jessica untuk masuk. Dengan terpaksa Jessica masuk kedalam mobil Donghae. Namja itupun ikut masuk kedalam mobilnya.

"Kau menculikku eoh?" Tanya Jessica ketus. Tiba-tiba Donghae memasangkan sabuk pengaman pada Jessica. Gadis itu terdiam sejenak.

"Kau mau membawaku kemana?" Pekik Jessica. Ia memukul bahu Donghae. Ia benar-benar sebal dengan yang namja itu lakukan padanya.

"Kau diam saja! Nanti juga tau!" Jawab Donghae, ia mengacak-acak rambut Jessica gemas. Gadis itu hanya menunjukkan tatapan tak sukanya. Ia memajukan bibirnya membuat Donghae terkikik melihatnya.

Setelah lama perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di tempat yang dituju.

"Sampai!" Donghae membukakan pintu untuk Jessica, gadis itu pun keluar sambil meregangkan otot-ototnya.

"Dimana kita??" Tanya Jessica yang tak tahu keberadaannya kini dimana. Saat keluar dari mobil Donghae, ia langsung melihat sebuah hotel mewah.

"Selamat datang di Busan!!" Seru Donghae, seketika Jessica membelalakkan matanya. Apa?? Busan??

Donghae terkekeh melihat Jessica yang terkejut. "Tak usah seperti itu! Kajja kita masuk!" Donghae langsung menarik Jessica memasuki hotel berbintang itu. Ia memesan kamar dengan nomor 1518.

"Apa yang akan kau lakukan??" sungut Jessica pada Donghae. Lelaki itu hanya tersenyum tanpa dosa.

"Hey!" Pekik Jessica ia memukul bahu kekar Donghae. Ia kesal karena sedari tadi, Donghae tak kunjung menjawab pertanyaannya.

Donghae menjatuhkan tubuhnya pada kasur king size yang ada di sana. "Aku hanya ingin refreshing. Aku sudah muak dengan semua masalahku selama ini. Satulagi..." Donghae sengaja menggantungkan kalimatnya membuat Jessica menunggunya antusias, terlihat gadis itu menaikkan kedua halisnya. "Cepat atau lambat aku akan menikahimu" ucapnya cepat.

Gadis itu membulatkan matanya tak percaya. "Apa yang kau katakan? Memangnya semudah itu menikahiku??" Gadis itu memekik sambil kedua tangannya tak berhenti memukuli Donghae.

Donghae menyilangkan kedua tangannya, menjadikan tameng agar terhindar dari pukulan gadis itu. Walaupun tangannya kecil, pukulannya sama seperti pemain kick boxing. Menyakitkan. "Hey! Hey! Hey! Hentikan!"

"Lalu untuk apa kau menculikku? Kau bisa refreshing sendiri!! Aku harus bekerja bodoh!!" Jessica terus saja memukuli Donghae.

"Aigoo!! Hey hentikan Jess! Hentikan!!" Akhirnya Donghae berhasil menghentikan Jessica. Ia menghela nafas lega karena terbebas dari pukulan Jessica yang menyakitkan itu.

Gadis itu kini hanya diam. Ia memandang kosong pada nakas yang terletak di samping kasur. Tanpa di sadari, air matanya mulai menetes. Donghae yang melihatnya mulai khawatir. Kenapa Jessica malah menangis?? Apa karena Donghae menyuruhnya untuk berhenti memukulinya??? Demi Tuhan, jika itu sebab Jessica menangis, ia rela dirinya babak belur karena di pukuli gadis itu. Daripada harus melihat Jessica menangis, itu lebih menyakitkan baginya.

"Wa.. wae?" Tanya Donghae dengan nada khawatirnya.

"Kenapa kau tetap ingin denganku??? Kau tak ingat betapa bencinya eommamu padaku??" Tangis Jessica pecah seketika. Langsung saja Donghae meredam tangisnya dalam dekapannya.

"Dengar, aku tak peduli itu. Kita harus bersama. Jangan pikirkan yang lain! Anggaplah didunia ini hanya ada kita berdua!" Bisik Donghae lembut. Jessica mulai luluh, tangannya terangkat untuk membalas pelukan Donghae, perlahan ia sandarkan kepalanya pada dada bidang milik Donghae. Hatinyapun begitu, mulai terbuka, dan sedikit demi sedikit mulai menyetujui apa yang Donghae ucapkan. Sepertinya begitu, ia harus bersama Donghae. Walau sekeras apapun orang tuanya menentang, ia memiliki hak untuk bahagia bersama namja yang di cintainya.

Sementara itu, di lain tempat, seorang wanita paruh baya tengah mengatur nafasnya yang tak beraturan itu. Ia marah. Beberapa benda yang di hadapannyapun ia lempar semaunya.

"Kemana perginya anak itu?" Ia bergumam ketus sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Sejak tadi pagi, ia mencari-cari keberadaan putra semata wayangnya itu. Namun tetap saja hasilnya nihil, ia tak menemukannya di kantor ataupun apartemannya.

"Ini pasti gara-gara gadis itu!!" ketusnya lagi. "Benar-benar tidak tahu malu!" Lanjutnya.

"sampai kapan kau seperti ini?" Tanya lelaki paruh baya yang tiba-tiba datang mengagetkannya.

"Kau memang tak berguna!!! Jangan campuri urusanku!!!" Bentaknya pada suaminya.

"KENAPA KAU SELALU MENGUNGKIT MASA LALU?? KAU SUDAH MEMILIKI KU!!!! JADI KAU ANGGAP APA AKU SELAMA INI HAHH???" suaminya itu telah naik pitam. Kesabarannya sampai pada puncaknya. Ia lelah menghadapi istrinya yang masih mengungkit masa lalunya, dan bahkan menyangkut pautkannya dengan kisah cinta putra mereka. Lee Donghae.

Ia kaget ketika suaminya itu membentaknya. Semburat marah mulai nampak. "Bu.. bu.. bukan seperti itu maksudku!!" Kini ia mulai ketakutan.

"Sudahlah aku lelah!!" Cetus suaminya sinis, lalu meninggalkannya.


==


Matahari kini telah kembali dari peraduannya semalam. Kembali menyinari bagian dunia yang telah terlelap selama berjam-jam lamanya. Cahayanya yang terang mulai masuk kedalam jendela-jendela. Pagi yang indah walau tak ada kicauan burung dan suara ayam berkokok. Memang tak ada, karena ini di kota. Yang ada hanya suara bising kendaraan yang kembali memulai aktivitasnya bersama sang pengemudi. Jalan-jalan dan trotroar telah di padati dengan pejalan kaki. Begitu juga dengan beberapa halte yang sudah mulai ramai, terutama oleh karyawan kantor dan anak sekolah.

Sementara yang lain tengah sibuk memulai aktivitasnya, kedua insan yang ini masih saja terlelap dalam pelukan satu sama lain. Seolah sama sekali tak terusik oleh alarm Tuhan tersebut.

Dan kini salah satu diantaranya mulai membuka mata. Ia menggisik kedua matanya menyesuaikan cahaya. Ia menyingkirkan tangan yang sejak semalam memeluknya erat. Ia mulai bangkit tanpa mengusik namja yang saat ini masih terlelap itu.

Donghae mengucek-ngucek matanya. Ia meraba-raba tempat di sampingnya. Kosong?? Ia mulai bangkit. Sesosok tubuh mulai keluar dari balik pintu kamar mandi membuatnya menyunggingkan senyum kepada yeoja yang telah tidur bersamanya selama tiga hari ini. Tidur. Ya hanya tidur. Mereka tak melakukan lebih dari itu.

Keduanya hanya saling menyungging senyum tanpa berkata-kata sedikitpun. Jessica menarik lengan Donghae lalu mendorong tubuh kekarnya ke kamar mandi.


==


Siang bolong dengan cuaca panas, memang sangat membosankan. Terlebih untuk orang-orang yang selalu menyibukkan dirinya di kantor. Namun berbeda dengan dua orang yang sedang berada di balkon kamar hotelnya ini. Jika orang lain menganggap ini musim panas, lain dengan Donghae. Seolah ini adalah musim dingin baginya. Ia membutuhkan kehangatan.

Kedua tangan kekarnya sama sekali tak lepas dari pinggang gadisnya, malah semakin mengeratkannya, seolah ia sangat kedinginan.

Jessica dan Donghae, keduanya sama-sama menikmati angin siang yang menerbangkan anak rambut mereka dari balkon hotelnya. Tak ada sepatah dua patah kata yang terdengar disana. Yang ada hanyalah sebuah tawa atau pun senyuman. Jessica mengelus lembut tangan Donghae yang bertengger di pinggangnya. Ia bergidik geli kala Donghae menenggelamkan wajahnya pada samping lehernya dan menghembuskan nafas hangatnya di sana.

"Kau ingin punya anak berapa hn?" Tanya Donghae ia menopang dagunya pada bahu Jessica.

"Eumm.. dua.. atau tiga..!" Jawab Jessica sambil menerawang ke atas.

Donghae membalikkan tubuh Jessica dan menatapnya dalam. "Lima!" Ucap Donghae dan malah mendapat pukulan didadanya.

"Dua atau tiga. Lebih baik!" Ucap Jessica mantap.

"Lima kurasa sangat lebih baik!" Donghae kembali mendapat pukulan didadanya.

"Itu hanya nafsu mu!!" Ketus Jessica. Donghae tertawa kecil mendengarnya. Sedetik kemudian, suasana kembali hening. Keduanya saling bertatapan. Mencoba mencari keyakinan atas perasaan mereka. Dan mereka menemukannya. Mata indah yang memiliki cinta, dan mampu menggetarkan hati ketika menatapnya.

Jessica hanya diam ketika kini Donghae menyatukan kedua bibir mereka. Donghae menciuminya dengan ganas. Tangan namja itu menekan tengkuk Jessica, dan merekapun hanyut terbawa suasana.

PRANGG

Tiba-tiba suara pecahan kaca mengejutkan mereka.
Sontak langsung saja mereka melepas tautan bibir mereka dan menoleh ke sumber suara.

"Mwoya?" Tanya Jessica.

"Molla, mungkin angin memecahkan gelas yang ku simpan di atas nakas." Jawab Donghae santai, ia kembali menarik dagu Jessica dan menciumnya kembali.

Suara kecapan begitu terdengar disana. Di tambah lagi suara lenguhan lembut Jessica yang membuat Donghae semakin semangat menciumi Jessica.

Tiiiitttt... tiiittt....

Suara dering telepon yang berasal dari saku celana Donghae bahkan di abaikan oleh namja itu. Jessica yang merasa terganggu, mulai berusaha melepas pagutan bibir mereka. Namun, Donghae malah menekan kembali tengkuknya dan memperdalam ciuman mereka.

"Haemmmphhh.. hentikannnhhh...!!" Akhirnya Donghae melepaskan bibirnya dari bibir Jessica dengan rasa sedikit kesal. Ia merogoh handphone yang ada di saku celana. Ia mengerlingkan matanya ketika melihat siapa yang menelponnya. Eomma.

"Angkat!" Suruh Jessica tegas, saat gadis itu melihat Donghae yang akan menggeser tombol merah pada lcd hpnya.

Donghaepun mengangkat panggilan itu dengan malas.

"Yeob...... MWO????"


==


Seorang yeoja berlari terburu-buru dengan jas putihnya. Ditemani beberapa perawat dan dokter lainnya yang juga terburu-buru sepertinya. Mereka terhenti di depan ruang operasi.

"Jess.. jebal selamatkan appaku!!" Pinta Donghae ia menggenggam kedua tangan Jessica.

"Aku akan berusaha semampuku Donghae.!" Ucap Jessica lalu memasuki ruangan operasi. Kemudian Donghae menghampiri eommanya yang terduduk lemah. Air mata eommanya terus mengalir. Kecelakaan mobil yang baru saja terjadi pada appanya, hampir saja merenggut nyawa suaminya itu. Jika saat itu ambulan tak cepat datang, mungkin nyawa Tuan Lee tidak akan terselamatkan. Ia mengusap-usap punggung eommanya, mencoba untuk memberikan ketenangan pada eommanya yang tak henti-hentinya menangis.

"Eomma.. berdo'alah semoga appa baik-baik saja!" Ucap Donghae lembut, namun eommanya masih tetap sesenggukkan.

Sementara itu di dalam ruang operasi, situasinya begitu serius. Hanya suara dari alat pendeteksi jantung saja yang terdengar.

"Ahjussi kumohon bertahanlah!" Ucap Jessica sambil berusaha menyembuhkan luka Tuan Lee di sekitar kepalanya.

Mata gadis itu berkaca-kaca. Ia panik, karena detak jantung Tuan Lee mulai menurun. Ini mengingatkannya pada Hyoshin. Ia tak mau kejadian pahit itu terulang lagi. Mata gadis itu memanas, dan butiran kristal mulai terlihat.

"Jess! Tenangkan dirimu! Kau tidak boleh panik!" Ucap Sunny. Jessica lalu menghapus air matanya dan kembali fokus pada pekerjaannya. Kejadian yang lalu tak boleh terulang!! Ia harus menyelamatkan appa dari namja yang di cintainya ini!

Sekuat apapun Jessica menahan air matanya agar tak keluar. Namun air mata itu terlalu kuat, dan alhasil air mata itu kembali mengalir, bahkan lebih banyak dari sebelumnya.

"Dokter Jess!" Para dokter yang lain terlihat iba pada Jessica. Ini pertama kalinya mereka melihat Jessica menangis saat operasi sedang berjalan.

"Tidak! Aku bisa! Ambilkan penjepit!!" Jessica menyemangati dirinya sendiri.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 04:00 PM. Sudah tiga jam lamanya Donghae dan eommanya menunggu di depan pintu berwarna putih itu. Namun, pintu tersebut belum juga terbuka, membuat mereka semakin khawatir dengan keadaan di dalam. Ditambah lagi eomma Donghae yang menangis membuat suasana semakin panik.

Ting

Akhirnya setelah lama menunggu, pintu ruang opersi pun terbuka. Dengan cepat, Donghae dan eommanya menghampiri. Saat pintu itu terbuka, tiba-tiba grrreebbb... seorang yeoja langsung memeluk Donghae. Namja itu kaget.

"wae?" Tanyanya sambil membalas pelukan gadis itu. Gadis itu mendongak untuk menatap wajah Donghae. Terlihat matanya sembab. Pasti ia sudah menangis. Apa yang terjadi di dalan sana???

"Donghae, aku berhasil!" Ucapnya sambil tersenyum walau matanya berkaca-kaca. Mendengar itu, Donghae dan eommanya merasa lega. Akhirnya Tuan Lee bisa terselamatkan.

Setelah, Tuan Lee segera di pindahkan ke ruang VIP, eomma Donghae terus berada di sampingnya. Seperti tak ingin pergi darinya selangkahpun. Tiba-tiba seseorang datang, dan ternyata itu adalah Lee Donghae.

"Eomma, eomma belum makan. Ayo makan dulu!" Donghae berusaha mengajak eommanya makan. Tapi tetap saja eommanya tak mau. Ia hanya mau menunggu sampai suaminya itu membuka matanya.

"Eomma, appa sebentar lagi juga akan sadar!" Eomma Donghae tetap saja menggeleng ia tak meu beranjak selangkahpun. Donghae hanya bisa mendesah menuruti eommanya, dan menemaninya sampai appanya siuman.

Semenit, dua menit, hingga enam puluh menit mereka menunggu. Akhirnya Tuan Lee mulai menggerakkan jarinya. Perlahan namun pasti, matanya mulai terbuka.

"Yeobo!" Panggil eomma Donghae. Ia merasa sangat senang ketika suaminya mulai menemukan kesadarannya kembali, begitu juga dengan Donghae.

"Appa!" Panggil Donghae. Eommanya menggenggam erat tangan suaminya.

"Gwaenchanna?" Tanyanya sedikit khawatir.

"Ne, gwaenchannayo. Jessica eodiga?" Tanya Tuan Lee. Eomma Donghae menautkan kedua halisnya bingung. Kenapa suaminya malah menanyakan keberadaan gadis itu??

"Jessica?? Sebentar, akan ku panggilkan!" Donghae langsung berlari untuk menemui Jessica.

Ia menemukan Jessica sedang bersama eommanya di lobby rumah sakit. Rencana eomma Jessica datang ke rumah sakit untuk menengok appa Donghae. Walaupun keadaan keluarga mereka kurang baik, namun tak ada salahnya untuk menyambung tali silaturahmi.

"Jess.. appa sudah sadar!"


==


Donghae memasuki ruangan dimana appanya di rawat, di ikuti Jessica dan eommanya di belakangnya. Segera Jessica memeriksa keadaan Tuan Lee. Eomma Donghae hanya memandang sinis pada kedua wanita yang baru saja muncul itu.

"Semuanya sudah stabil. Ahjussi hanya perlu waktu untuk pemulihan!" Ucap Jessica ramah.

"Gomawo Jessica!" Tuan Lee tersenyum, Jessica mengangguk sebagai balasan.

"Ini saya bawakan ini!" Eomma Jessica menyerahkan sebuah keranjang buah beserta isinya pada Donghae.

"Gomawo! Kenapa jadi merepotkan!" Kata Donghae.

"Gwaenchanna!" Eomma Jessica melirik pada Ny. Lee yang hanya memandang sinis ke arahnya. Melayangkan tatapan tak suka, sambil melipat tangannya.

"Jangan harap aku akan berterima kasih pada kalian!" Ketusnya. Donghae dengan segera menoleh, ia menatap tajam eommanya. Mengapa di saat seperti ini eommanya masih bersikap seperti itu?

"Ini semua bukan karena anakmu. Tapi tim dokter yang lain. Selama operasi berlangsung, anak mu hanya menangiskan?? Benar-benar menyusahkan!!!" Ucapnya sinis.

"Eomma!!" Tegas Donghae.

"Kau tak tahu terimakasih!"

"Kau tak tahu diri!"

"Cukup!!" Tuan Lee berusaha melerai keduanya, meski keadaannya masih sangat lemah.

"Aku tak akan pernah berterimakasih dan memberi restuku pada anakmu!!!" Ny. Lee semakin meninggikan nada bicaranya.

"Memang apa hebatnya anakmu???"

"Kau ini benar-benar!!" Tanpa ragu, Ny. Lee langsung menjambak rambut Ny. Jung. Pertengkaran kembali terjadi. Mereka saling menjambak satu sama lain, tak terlihat ada yang mau mengalah disana. Saat Ny. Lee mengangkat tangannya. Bermaksud akan menampar Ny. Jung. Dengan sigap Jessica berusaha melindungi eommanya dari tamparan itu.

PLAKK

Satu tamparan keras berhasil mengenai pipi Jessica. Donghae yang melihat itu langsung membantu Jessica yang jatuh terduduk di atas lantai.

Mata Ny. Jung terbelalak, ia tak terima anaknya di perlakukan seperti itu.

"KAU KENAPA BEGITU KEJAM??? SALAH APA ANAK KU PADAMU HAHHH???" Ny. Jung naik pitam. Ia kembali menjambak rambut Ny. Lee, bahkan mereka tak peduli ini dirumah sakit. Pertengkaranpun kembali terjadi.

"HENTIKAN!!!" Teriak Donghae dan mampu menghentikan keduanya.

"TERUS SAJA KALIAN BERTENGKAR!!!" Donghae berusaha mengatur nafasnya.

"Mulai sekarang tak usah campuri hidup kita!!! Dan tak usah mencari kita!!! Aku muak dengan semuanya!! Mengapa kalian tak pernah berfikir secara dewasa?? MENGAPA HAHH??? Kami pergi! Jangan pernah mencari kami!" Donghae segera menarik tangan Jessica, membawanya lari dari sana. Mereka sama sekali tak memperdulikan teriakkan dari eomma mereka yang bahkan ikut berlari mengejar mereka.

"LEE DONGHAE!!!"

"JUNG JESSICA!!!"

Mereka menghiraukan panggilan itu dan tetap berlari hingga kini mereka sampai di luar rumah sakit. Tak peduli dengan tatapan heran orang di sekitar mereka.

Donghae mencari-cari mobilnya. Sial. Ia memarkirkan mobilnya di sebrang sana.

"LEE DONGHAE!!"

"JUNG JESSICA!!!"

Teriakkan itu semakin terdengar jelas. Tanpa babibub lagi Donghae menarik Jessica menuju sebrang sana. Mereka tak menyadari dari arah utara ada truk yang melaju dengan kencang. Donghar langsung mendorong tubuh Jessica ke tepi jalan.

Tiitttttttt

"DONGHAE!!!!!"


BRUKKKK

Benturan yang begitu keras, membuat Donghae terlempar cukup jauh dari sana. Jessica yang melihat itu langsung menghampiri Donghae. Begitu juga Ny. Lee dan Ny. Jung yang terlihat shock. Orang-orang mulai ramai mengerumuninya.

Dengan tangis yang pecah, isakkannya sangat terdengar jelas. Jessica meletakkan kepala Donghae yang berlumuran darah di atas pangkuannya.

"DONGHAE!!" Ny. Lee berteriak histeris.

Donghae yang ternyata masih sadar, tersenyum sambil menahan sakitnya.

"Eomma... bi.. biarkannhh.. a..aku.. dengannhh.. Jessica..." ucap Donghae. Ny. Lee tak bisa membendung tangisnya. Ia tak bisa berkata-kata, ia terlalu sedih melihat keadaan anaknya.

"Eomma.." Ny. Lee mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ne, ne, ne, eomma izinkan kau bersama Jessica!" Ucap Ny. Lee di sela-sela isakkannya.

Donghae mengalihkan pandangannya, menatap gadis yang sedang memangku kepalanya. Gadis itu menangis. Donghae menghapus air mata Jessica dengan tangannya yang bergetar.

Ia tersenyum sambil menahan sakitnya yang luar biasa. "Jess... uljima... ki..kitaa.. akannhhh.. bersama!" Ucap Donghae. Jessica tetap menangis.

Donghae memejamkan erat kedua matanya. Ia menahan sakit yang teramat sangat luar biasa. Perlahan ia mulai menutup matanya.

"Donghae!"

"Donghae!!"

"DONGHAE!!"







END




Gimana nih ffnya?? Akhirnya ff yang ini aku bisa selesaikan!!

Gimana endingnya serukah??

Kalo gitohhh author pamit....

Babay....!!!




























2 tahun kemudian...

Sebuah rumah minimalis terlihat sedang ramai. Disana terlihat dua orang lelaki paruh baya dengan asyiknya sedang bermain catur di ruang tengah rumah itu.

"Yahhh!! Aku menang!!" Sorak salah satunya. Sedangkan yang satunya lagi hanya menunjukkan raut wajah kecewanya, atas kekalahannya.

"Bagaimana bisa!" Cetusnya tak terima.

Di ruangan lain, terdepat dua orang wanita paruh baya, dan yang satu lagi seorang wanita yang tak terlalu tua, atau ralat saja ia masih muda. Mereka sedang memasak hidangan yang akan menjadi santap siang mereka.

"Eomma, setelah ini bagaimana?" Tanyanya pada eommanya.

"Masukkan saja sayurannya kedalam panci!" Suruhnya.

"Hahh.. kimchinya sudah siap!!" Ujar wanita yang satu lagi. Ia mulai menata hidangan yang sudah jadi di atas meja makan.

Sementara itu seorang namja dengan pakaian santai muncul dari lantai atas beserta seorang bayi laki-laki digendongannya. Bayi itu tak henti menangis sejak tadi.

"Cup.. cup.. cup.. anak appa yang tampan jangan menangis!" Ia berusaha meredakan tangisan anaknya itu.

"Jess!!" Panggilnya. Ia memanggil istrinya yang sedang memasak di dapur bersama dengan eommanya dan ibu mertuanya.

"Ne oppa! Changkaman!!" Teriaknya lalu ia bergerak membasuh kedua tangannya dan menghampiri suaminya.

"Cup.. cup.. cup.. anak eomma lapar hnn??" Wanita yang bernama Jessica itu mengambil alih anaknya dari gendongan sang suami. Lee Donghae.

Jessica segera membuka kancing bajunya. Dan akhirnya tangis anaknya tergantikan dengan menghisap dadanya. Anak itu terlihat sangat kelaparan. Jessica beranjak ke kamarnya yang berada di lantai dua, di ikuti Donghae di belakangnya.

Jessica duduk di pinggiran kasur sambil tetap menyusui anaknya. Donghae duduk disampingnya, tangan namja itu bergerak untuk mengelus lembut rambut Baekhyun yang masih lemah. Keduanya sama-sama tersenyum melihat buah hati mereka. Sedetik kemudian Jessica telah menghujani Baekhyun dengan kecupan-kecupan manisnya.

Donghae mencubit gemas pipi Baekhyun, lalu mencolek-coleknya. Dengan cepat Jessica menepis tangan Donghae.

"Diamlah oppa! Jangan mengganggunya!" Jessica merasa kesal pada Donghae karena mengganggu anaknya yang sedang menyusu.

"Heissshhh!" Donghae tetap mengganggu Baekhyun jahil. Merasa terganggu, akhirnya Baekhyun melepaskan mulutnya dari dada eommanya. Kemudian tangisnya pecah disana.

"Ppa.. ppaa.. pappa..!" Ucap Baekhyun tak jelas sambil tetap menangis.

"Cup... cup.. cup... wae chagi?? Appa nakal! Hn?" Jessica kembali menyusui bayinya. Ia memukul lengan suaminya. Baekhyun yang melihatnya tertawa. Seolah apa yang ia ingin lakukan pada appanya terwakili oleh eommanya.

"Lihatlah anakmu menertawakanmu!!" Ucap Jessica.


==


Berbagai makanan telah tertata rapi di atas meja makan.

"Wahhh.. kelihatannya enak!!" Puji Tuan Lee dan di setujui oleh Tuan Jung.

Merekapun duduk mengitari meja makan, bersiap menyantap makanan di hadapan mereka.

"Aku akan panggilkan anak-anak dulu!" Ny. Jung bangkit dari duduknya berniat memanggil Jessica, Donghae serta Baekhyun. Namun ternyata ketiga orang itu telah berada di hadapannya. Langsung saja mereka mengambil posisi duduk mereka.

Jessica sengaja meletakkan Baekhyun di atas meja makan. Karena acara makan dengan keluarga ini merupakan acara perayaan lima bulan kelahiran Baekhyun. Baekhyun di hadapkan dengan sebuah kue yang penuh dengan cream. Dan dibelakangnya terdapat kedua orang tuanya. Donghae dan Jessica.

"Mari kita potong kuenya!" Seru Jessica.

"Ahhh.. ya kita potong saja sekarang!! Kami sudah tidak sabar!!" Ucap Tuan Lee.

Ting Tong

Jessica menghentikan aktivitasnya yang baru saja akan memotong kue. Mereka semua saling menatap satu sama lain. Siapa yang datang??

"Biarkan appa yang membukanya!" Ujar Tuan Lee, lalu beranjak menuju pintu untuk membukanya.

Tak lama kemudian. "Tebak siapa yang datang?" Ucap Tuan Lee, semua menoleh padanya. Muncullah seorang namja tinggi bertubuh tegap, ia tersenyum.

"Kyuhyun?" Ucap Jessica kaget. Lalu diikuti seorang wanita di belakangnya. Jika dilihat dati postur tubuh wanita itu, sepertinya ia sedang mengandung.

"Sooyoung?" Ucap Donghae tak percaya.

"Kalian sudah...?" Tanya Jessica. Kyuhyun hanya cengengesan menunjukkan deretan gigu putihnya.

"Ne, dan aku sedang mengandung tiga bulan" tutur Sooyoung sambil tersenyum malu-malu.

Merekapun ikut bergabung di meja makan bersama dengan keluarga yang tengah berbahagia itu.

"HAPPY 5th MONTH ANNIVERSARY BAEKHYUN!!!" seru Donghae dan Jessica. Yang lain ikut tertawa, tersenyum bahagia.

"Mari kita potong kuenya!" Jessica bersiap memotong kue dihadapannya. Namun.....

"Mana pisaunya?? Tadi disini'" Jessica terlihat kebingungan mencari pisau.

Baekhyun yang polos sedari tadi menggerak-gerakkan tangannya. Hingga kini, tangan anak itu bergerak di atas kuenya yang penuh cream.

"Ani!!" Teriak Ny. Jung saat melihat Baekhyun yang malah mengacak-ngacak kuenya. Hingga kuenya berantakan dan tak jelas bentuknya. Yang lainnya hanya melihat dengan membuka mulutnya kaget. Tangan Baekhyun sangat penuh dengan cream.

"Aigoo!! Baekh....." ucapan Donghae terpotong ketika Baekhyun menempelkan telapak tangannya yang penuh dengan cream pada wajah Donghae.

"Hahahhah aigoo! Lihat wajahmu Hae-ah!" Kyuhyun tertawa terbahak-bahak melihat wajah Donghae yang terkena cream.

"Hahahahahahah!" Semua orang yang di sana ikut tertawa melihat wajah Donghae. Seolah mengerti, Baekhyunpun ikut menertawakan appanya.

"Hahahahaha....." Jessica menghentikan tawanya ketika Baekhyun juga menempelkan tangannya di wajah sang eomma.

Sontak semuanya makin meledakkan tawanya melihat apa yang telah dilakukan Baekhyun.

"Hae ayo! Ambil dulu gambar!" Ucap Kyuhyun sambil mengeluarkan cameranya. Donghae, Jessica dan Baekhyun pun berpose di depan kamera milik Kyuhyun.

CKREK

CKREK

CKREK

CKREK

Mereka semuapun tertawa bahagia. Tak ada yang terlihat bersedih dihari ini. Terlebih ketika mereka melihat tingkah laku Baekhyun yang lucu dan menggemaskan. Membuat mereka selalu tersenyum dan tertawa dibuatnya.

Semua telah menemukan kebahagiaannya masing-masing. Tanpa mengungkit masa lalu yang terbilang kelam. Semuanya hanya menatap masa depan yang cerah. Yang lalu biarlah berlalu. Yang terpenting semua sudah bahagia dengan takdirnya masing-masing.

Masalah demi masalah telah dilalui dengan sekuat tenaga. Janganlah lari dari masalah jika itu menyakitkan. Namun hadapilah sekuat mungkin. Dan tetap percaya bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Jangan lari dari takdir atau menyalahkan sesuatu jika hidup ini tak sesuai seperti yang di inginkan. Setiap orang pasti mempunyai masalah dalam hidupnya. Namun percayalah!! Semua itu telah di atur Tuhan dengan akhir yang indah.





=Problems in Love=






END





Jumat, 06 Februari 2015

Problems in Love (Part 5)




Title : Problems in Love 


Author : @ashfia0515 


Type : Chapter 


Rating : PG 15 


Genre : Romance, sad 


Main Cast : - Jessica Jung - Lee Donghae 






HAPPY READING 





Merasa bosan, Jessica keluar dari ruangannya. Ia berniat menuju cafe yang ada di depan rumah sakit, hanya sekedar memenuhi permintaan perutnya yang sejak tadi sudah keroncongan. Selain itu juga daripada ia hanya berdiam diri saja, malah membuatnya tak tenang. Karena pikirannya terus mengajaknya untuk mengingat kejadian kemarin. 

"Hey!" Panggil seorang yeoja, Jessica langsung menoleh karena merasa panggilan itu tertuju untuknya. 

"Choi Sooyoung?" Jessica menampilkan wajah herannya. Kenapa Sooyoung disini? Apa Donghae sakit? Pikirnya. 

"Ada apa siapa yang sakit?" Tanya Jessica ramah. 

"Kau..." nafas Sooyoung sudah tak beraturan, tangannya mengepal kuat, ia melangkah cepat menghampiri Jessica. 

"KAU TIDAK USAH PURA-PURA BAIK PADA KU!!! AKU TAHU PIKIRAN BUSUKMU!!! KAU TAK INGIN DONGHAE JATUH PADAKU KAN???" Jessica dibuat kaget karena Sooyoung yang tiba-tiba menjambak rambutnya. 

"Ahhhh..." 

"KAU YANG TELAH MENGHANCURKAN PERNIKAHANKU!!! AKU TAK AKAN TINGGAL DIAM!!!" Sooyoung terus saja menjambak rambut Jessica hingga Jessica sudah terdudukpun, ia tak memberinya ampun. Bahkan helaian rambut Jessica sudah ada yang tercabut dari kepalanya karena saking kuatnya Sooyoung menjambak Jessica. 

"Aw!! Hentikan Sooyoung! Sakitt!!!" Jessica berusaha melepaskan tangan Sooyoung yang berada di kepalanya. 

"Ada apa ini?? Kau lepaskan Jessica!!" Tiba-tiba Sunny datang dan mendorong Sooyoung hingga akhirnya Jessica bisa terlepas. 

"Ada apa ini???" Orang-orang mulai berkumpul dan bertanya-tanya dengan apa yang terjadi. Namun orang itu hanya bisa menyaksikan saja, tak ada satupun yang memisahkan mereka, kecuali para dokter dan perawat. 

"Jess gwaenchannayo?" Tanya Sunny pada Jessica yang masih shock, sambil membenarkan rambut Jessica yang berantakan. 

"KAU!! AKU TIDAK AKAN TINGGAL DIAM!!! MASIH BANYAK YANG AKAN AKU LAKUKAN PADAMU!!!" teriak Sooyoung dan kembali menghampiri Jessica, namun dengan cepat para perawat dan rekan Jessica menahannya. 

"Lepaskan!!" Berontak Sooyoung. 

"Jessica!" Suara kaget dari wanita paruh baya yang ternyata merupakan Ny. Jung sendiri membuat Jessica menoleh. Tadinya Ny. Jung akan membawakan Jessica makanan, karena putrinya itu belum memakan apapun dari rumah. Tetapi saat melihat putri semata wayangnya begini. Hatinya ikut merasakan lemas. 

Jessica yang masih shock hanya bisa diam tak berucap. Bahkan ia sama sekali tak menanggapi pertanyaan orang lain tentang keadaannya. 

"SOOYOUNG!!" Sooyoung menoleh mendengar namanya di panggil. 

"Apa yang kau lakukan??" tanya Donghae pada Sooyoung tegas, Sooyoung hanya tersenyum pahit. 

"APA?? kau akan membelanya juga!!! Oke silahkan semua! Bela saja dia! Tak ada yang membelaku!!" Ketus Sooyoung. 

Donghae melihat Jessica yang terduduk shock, dilihatnya kedua bahu gadis itu gemetaran serta rambutnya yang berantakan. 

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA JESSICA!!!?????" teriak Donghae keras, membuat semua yang ada di sana menoleh, kecuali Jessica yang masih shock. 

"Percuma saja kau membentaknya Tuan Lee, calon istrimu itu tidak akan pernah sadar!!!" Ucap dokter Sunny sinis, dan itu membuat Donghae sakit, apalagi dengan melihat keadaan Jessica sekarang. 

"Jessica..!" Donghae menghampiri Jessica. Namun saat ia mencoba menggenggam tangannya, Jessica dengan kasar menepisnya. Terlihat mata gadis itu telah berkaca-kaca. Jessica bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Donghae. 

Tetapi saat ia hendak berjalan meninggalkan semua orang yang ada disana, dari arah berlawanan datang seorang wanita paruh baya yang melangkah cepat sambil mengucapkan sumpah serapahnya. 


PLAKKK 


Satu tamparan keras mendarat ke pipi kanan Jessica oleh wanita yang ternyata Ny. Lee. Eomma Donghae. 

"EOMMA!!" Donghae terhenyak melihat Jessica ditampar keras oleh eommanya sendiri di depan banyak orang seperti ini. Ia menghampiri keduanya lalu menahan kedua tangan eommanya yang bersiap akan menjambak rambut Jessica. 

"HENTIKAN EOMMA INI DI RUMAH SAKIT!!" Donghae berusaha mencegah eommanya yang terus saja memberontak. 

Ny. Jung yang tak rela melihat anaknya di tampar langsung menghampiri Ny. Lee dan ia pun tak ragu-ragu untuk menjambak keras rambut Ny. Lee. 

"Kau!!! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ANAKKU!!" teriaknya sambil terus menjambak rambut eomma Donghae. 

Ny. Lee yang tak mau kalah mulai menjambak rambut Ny. Jung, dan terjadilah saling menjambak antara keduanya. 

"ANAKMU TELAH MERUSAK PERNIKAHAN PUTRAKU!!! DASAR KALIAN DARI DULU MEMANG TIDAK TAHU MALU!!!!!" Ny. Lee menjambak rambut Ny. Jung terus menerus. 

"Eomma, hentikan!!" Donghae berusaha memisahkan eommanya, untunglah Tuan Lee atau appa Donghae langsung datang dan memisahkan pertengkaran mereka walau dapat berontakan dari istrinya. 

"DASAR KALIAN PENGHIANAT!! DARI DULU SIKAPMU TAK BERUBAH!! SELALU MENUSUK DARI BELAKANG!!! DAN SEKARANG SIKAPMU MENURUN PADA PUTRI BODOHMU INI!!!!" teriak Ny. Lee sambil berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram kuat oleh suaminya. 

"KAU YANG TAK PERNAH MENGERTI! DARI DULU KAU SELALU INGIN BAHAGIA!! TIDAK PERNAH MEMIKIRKAN ORANG LAIN!!! MEMANG APA BAGUSNYA ANAKMU HAHH???" balas Ny. Jung tak kalah keras. 

"KURANG AJAR KAU!!!" 

"Sudahlah ayo kita pergi!!" Tuan Jung menarik paksa istrinya yang terus memberontak. 

Donghae tak mengerti dengan apa yang baru saja di bicarakan eommanya dan eomma Jessica. Kenapa mereka berbicara tentang dulu? Apa sebelumnya mereka pernah kenal? 

Orang-orang pun mulai berburan, Sooyoung hanya menunjukkan raut wajah kesalnya, lalu pergi dari sana. Donghae mencari Jessica yang ternyata sudah menghilang dari tempatnya semula. 

Ia mencari Jessica kesana kemari, tetap tidak ada, ia tak melihat batang hidung gadis itu. Oh sudahlah, mungkin Jessica pulang ke rumahnya dan memilih untuk menyendiri. Donghae berusaha berpikir positif, walau dalam hatinya ia merasa resah. 


== 


Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam. Sejak kejadian siang tadi, Jessica melangkahkan kakinya entah kemana. Cara berjalannya yang lunglai, serta matanya yang sedari tadi tak berhenti meneteskan air matanya. 

Jessica sempat pulang kerumah tadi, namun ia hanya berganti pakaian saja. Ia mendatangi tempat-tempat yang sering dikunjunginya bila ia sedang sedih. 

Bekas tamparan dari eomma Donghae masih terasa perih karena saking kerasnta tamparan itu. Semua menyalahkannya. Semua menyalahkannya bahwa ialah yang membuat pernikahan Donghae kacau. Kenapa begini? Entahlah sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan belakangan ini. Apa ini ujian untuknya seperti yang dikatakan Kyuhyun? Tapi mengapa seberat ini?? Apa ia harus menyerah?? 

Ini sudah malam, bahkan tak ada yang mencarinya atau mengkhawatirkannya. Jessica tidak tahu lagi bagaimana keadaan eommanya sekarang setelah pertengkaran tadi siang. Ia merasa tak sanggup, menenangkan dirinya saja ia tak mampu, apalagi eommanya. 

Jessica mendudukkan dirinya di halteu sambil menatap lurus kedepan. Air matanya masih tak mau berhenti, tak terdengar apapun memang, ia hanya menangis dalam diam. Ia tak memperdulikan sejak tadi tatapan orang yang menatapnya aneh. 

Ini bukan dirinya, Jessica selalu bercerita tentang masalahnya pada orang terdekatnya, bukan malah lari seperti ini. Jessica benar-benar terlihat putus asa. Bahkan tak biasanya Jessica memakai pakaian terbuka seperti sekarang ini, yang memperlihatkan bahu serta paha mulusnya yang mungkin akan banyak namja yang melihat keindahan tubuhnya. 

Jessica kembali berjalan mengikuti kemana saja kakinya melangkah, dan bahkan kini ia menginjakkan kakinya ke tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya. Suara musik yang keras serta lampu yang gemerlap langsung menyambutnya ketika ia memasuki tempat itu. 


== 


Tetesan air mata telah membasahi pipi Donghae. Ia menangis sambil memandangi sebuah foto. Fotonya bersama Jessica. Ia memandang ke atas, seperti tengah menonton video tak kasat mata yang menayangkan semua kenangan indahnya bersama Jessica. Indah tapi menyakitkan. 

Donghae menghapus air matanya sambil mengusap foto Jessica. Ia salah. Ia merasa bersalah. Jessica kini menderita karenanya, ia masih terbayang saat melihat lingkaran hitam di bawah mata Jessica. Ahhhh..... 

Donghae bangkit dan menyambar jaketnya. Ia lalu pergi entah kemana, yang jelas ia hanya mengikuti kemana kakinya membawanya. Hanya berjalan lunglai. Bahkan saat mengemudikan mobilnya, ia hampir saja menabrak pembatas jalan. Jika ada yang melihatnya, tak akan ada yang mengetahui bahwa ia merupakan seorang CEO, dilihat dari tatanan rambutnya yang acak-acakan, bajunya yang kusut, sama halnya dengan wajahnya serta matanya yang menyiratkan keputus asaan. Ya putus asa. Jika mengingat eommanya dan eomma Jessica yang bertengkar siang tadi, membuatnya semakin merasa tidak akan kembali bersatu dengan Jessica. Ia frustasi. 

Entah kenapa, kini Donghae menepikan mobilnya ditempat ini. Tempat yang seharusnya tak ia kunjungi. Namun karena keadaannya sedang begini, membuatnya tertarik untuk mencoba mengunjungi tempat ini. 

Suara musik keras mengalun dan gemerlap lampu berwarna-warni langsung menyambutnya, banyak yeoja berpakaian minim dengan namja, ada yang sedang bergoyang mengikuti musik dan begitulah, di tempat ini tak sedikit orang yang mabuk bahkan bercumbu. 

Donghae mendudukkan dirinya lalu memesan sebotol wine. Dengan cepat seorang pelayan cantik memberinya sebotol wine dan sebuah gelas. Donghae menuangkan winenya kedalam gelas. 

"Hai, cantik kau sendiri??" Ucap seorang namja, Donghae menoleh sebelum ia mengalirkan wine ke dalam tenggorokannya. Matanya menyipit, mencoba menyelidiki. Sepertinya ia mengenali yeoja yang sedang membelakanginya itu. Dilihat dari rambutnya, dan tubuhnya yang tak terlalu tinggi. Apa mungkin itu Jessica?? Ah tidak mungkin! Jessica tidak seperti itu! Mana mungkin Jessica datang ke tempat seperti ini! 

"Mau aku temani?" Tanya namja itu lagi, dan akhirnya yeoja itu menoleh membuat Donghae bisa melihat samping wajah yeoja itu. 

Donghae membulatkan matanya. Betapa terkejutnya ia melihatnya, itu memang Jessica. Tapi mengapa ia ada di tempat seperti ini?? Bahkan sepengetahuannya Jessica paling anti pada tempat seperti ini. Segera ia menghampiri Jessica sebelum namja itu melakukan sesuatu yang tidak-tidak pada Jessica. 

"Maaf Tuan, ini yeoja saya!!" Tegas Donghae, namja tersebut menatap Donghae dari unjung kaki hingga ujung rambut, lalu menghembuskan nafasnya kasar dan meninggalkan Donghae dengan tatapan sinisnya. 

"Jessica" panggil Donghae lembut, namun tak ada sahutan ataupun gumaman kecil dari gadis itu. Jessica hanya menunduk lemah, bau alkohol sangat tercium, ia benar-benar mabuk hingga tak sadarkan diri. Lalu Jessica tak bisa menyeimbangkan lagi posisi duduknya hingga terjatuh. Untung saja Donghae langsung menangkapnya. 

Donghae kembali merasakan perih, tepatnya di hatinya. Apa yang telah ia lakukan hingga Jessica begini?? Donghae sangat marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga Jessica terlebih ketika ia melihat keadaan Jessica seperti ini. Keadaan Jessica yang sedang mabuk, bahkan tak biasanya Jessica menggunakan pakaian ketat dan minim seperti ini, yang membuat bahu dan paha mulus gadis itu terlihat jelas, serta lekukan tubuh indahnya yang dibalut pakaian ketat seperti ini. Inu bukan Jessica, Jessica tidak seperti ini. 

Donghae memeluk tubuh Jessica yang tak sadarkan diri. Tangisnya pecah disana. Ia seperti seorang pecundang yang tak bisa menjaga cintanya sendiri. Bahkan ia berpikir bahwa ia bukanlah lelaki yang pantas untuk Jessica. Karena telah membuat gadis itu seperti ini. 

Donghae melepas jaketnya dan memakaikannya pada Jessica. Ia menggendong Jessica menuju mobilnya, untunglah tadi ia tidak sempat mabuk. Jika ia mabuk, mungkin tak sempat juga menyelamatkan Jessica. 

Setelah sampai di apartemannya, Donghae membawa Jessica ke kamarnya. Di apartemannya hanya ada satu kamar. Biarlah malam ini ia tidur di sofa. Lagi pula tak baik jika harus membiarkan seorang gadis tidur sendirian di atas sofa. 

Perlahan Donghae membaringkan tubuh Jessica di atas kasurnya. Gadis itu masih tak sadarkan diri. 

"eunghh.. aku... sakit...." Donghae yang mendengar Jessica mengingau, ia langsung menoleh dan mendudukkan dirinya disamping Jessica. 

"Ssssstttt...." Donghae mengelus lembut rambut Jessica, serta memandangi wajahnya yang pucat. 

"Aku.... ingin... mati...." ucap Jessica masih dalam ketidaksadarannya, gadis itu juga meneteskan air matanya. Hati Donghae mencelos mendengar suara putus asa dari Jessica. 

"Mianhae Jess!" Donghaepun mulai menitihkan air matanya, bahunyapun bergetar. Ia menggenggam erat kedua tangan Jessica dan menciuminya sambil terus menangis. 

"Mianhae.." Donghae tak henti menangis hingga membuat tangan Jessica yang berada di genggamannya basah, akibat banyaknya air mata yang ia keluarkan. 

Setelah Donghae meyakini jika Jessica telah tertidur, ia menaikkan selimut yang membalut badan Jessica hingga batas dada. Sebelum ia beranjak, ia menyempatkan dirinya untuk mencium kening Jessica dalam, dan membisikkan kata 'saranghae' dengan lembut di telinga Jessica. Walau ia yakini gadis itu tak mungkin mendengarnya. Ia pun beranjak dan mematikan lampu kamarnya. 


== 


Sinar matahari mulai mengusik Jessica dari tidur lelapnya semalam. Saking lelapnya ia tidur, hingga ia tak menyadari apa yang terjadi semalam, yang membuatnya sampai berada di tempat ini. Jessica tahu ini bukan kamarnya, dan ia juga tahu siapa pemilik kamar ini. Familiar. Jessica berkali-kali mengunjungi kamar ini. Bau parfum dari seorang namja yang membuatnya resah belakangan ini, mulai menusuk indra penciumannya. Namun, ia tak sedikitpun beranjak dari posisinya. 

"Kau sudah bangun?" Tanya seorang namja. Siapa lagi jika bukan Donghae, ia menghampiri Jessica dengan senyuman manisnya lalu mendudukkan dirinya pada kasur yang masih di tempati Jessica. 

Jessica hanya diam, ia sama sekali tak membalas senyuman Donghae. Jujur ia sangat merindukan senyuman itu. Senyuman yang selalu membuatnya luluh. 

"Mandilah dan ganti pakaianmu! Aku sudah menyiapkan pakaian untukmu! Setelah itu kita sarapan. Arrasseo?" Jessica mengangguk ketika mendengar perintah dari Donghae. Ya itu memang perintah. Tapi perintah dengan kasih sayang. 

"Kenapa diam? Palli! Apa kau tak kedinginan memakai pakaian seperti itu?" Jessica membulatkan matanya dan menatap tubuhnya yang terbalut baju minim nan ketat. Bodoh. Kenapa ia membiarkan Donghae melihatnya?? Jessica segera menyilangkan tangannya di depan dada. Melihat itu, Donghae terkekeh. 

"Aku tidak melakukan apapun!" Ucap Donghae. Jessica segera beranjak dari tempat tidur. Lalu masuk ke kamar mandi. Ia sangat malu, karena Donghae baru saja melihatnya memakai pakaian yang seharusnya tidak ia pakai. 

"Bajumu ada di atas kasur! Aku tidak punya baju wanita! Pakai saja yang ada! Kutunggu di meja makan!" Ucap Donghae agak keras. Sedangkan Jessica yang berada di dalam kamar mandi, hanya diam tak menjawab. Lidahnya masih tak mampu untuk menjawab maupun membalas ucapan Donghae. 


== 


Donghae bersenandung kecil sambil menata makanan di atas meja. Ia bersenandung santai seolah tak ada masalah dalam dirinya. Entah kenapa, jika bersama Jessica hatinya mendadak tenang seolah tak punya masalah. 

"Donghae!" Donghae tersenyum saat sebuah suara lembut memanggil namanya, begitu ia rindukan. Namja itu tertawa kecil saat melihat yeoja di hadapannya memakai baju dan celananya yang terlihat kebesaran jika Jessica yang memakainya. Padahal baju itu sudah sangat kecil di tubuhnya. 

"Apa tidak ada pakaian lain??" Keluh Jessica sambil memegang celana yang ia pakai agar tidak merosot. Sementara itu Donghae masih mentertawakan Jessica, melihat gadis itu dengan baju dan yang kebesaran, membuatnya harus berkali-kali melipatnya. 

"Tidak ada, pakai saja yang ada dulu. Sekarang makanlah!" Donghae duduk di kursi meja makan, ia menepuk-nepuk kursi di sebelahnya bermaksud untuk menyuruh Jessica duduk. 

Jessica hanya menuruti perintah Donghae. Ia pun duduk di sebelahnya. "Makanlah!" 

Sementara Donghae melahap makanannya, Jessica hanya diam menatap semangkuk sup yang diberikan Donghae. 

"Mau ku suapi?" Tawar Donghae yang melihat Jessica hanya memandangi makannya saja. 

"Ani." Jessica langsung mengambil sendok supnya dan mencobanya. Donghae sedikit menarik ujung bibirnya ke atas, melihat Jessica yang sepertinya salah tingkah. 

"Hahahah.." Donghae tertawa garing membuat Jessica menoleh padanya dan membuat gadis itu bingung. Apa yang Donghae tertawakan? 

"Wa.. wae?" Gugup Jessica. Donghae menggelengkan kepalanya. 

"Ani... hanya lucu saja melihatmu berpakaian seperti itu." Jessica menatap dirinya sendiri yang memakai baju Donghae. Ia juga merasa aneh ketika memakainya. Tapi apa boleh buat? Tak ada lagi pakaian yang bisa ia pakai. 

Jessica mendengus kesal karena sedari tadi Donghae tak juga mengalihkan pandangannya darinya, sesekali namja itu menertawakannya karena melihat Jessica yang memakai baju Donghae. Terlihat lucu dan sedikit aneh. 

"Yaakk!! Berhenti menatapku!!" Sungut Jessica ia memukul bahu Donghae, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. 

"Hahahahah. Kau masih malu ne, saat ku pandangi?" Goda Donghae sambil mengikut lengan Jessica. 

Jessica yang merasa kesal karena Donghae menggodanya, ia pun kembali memukul Donghae. Seterusnya seperti itu, Donghae tak ingin berhenti menggoda gadis itu hingga pipi gadis itu merah padam. Sedangkan Jessica sesekali memukul Donghae atau memekik kesal, dan mereka saling melempar canda dan tawa. Sejenak melupakan masalah mereka, keduanya kembali akur seolah memang tak ada masalah di antara mereka. Tapi bagaimana setelah ini?? 

"Aww!! Appo!!" Ringis Donghae saat Jessica mencubit kecil pinggangnya karena Donghae membuat kesal gadis itu. 

"Berhentilah menggodaku!" Jessica mengerucutkan bibirnya kesal. 

"Tuh kan, kau lucu sekali jika sedang kesal.!" Jessica kini memilih diam. Hahh biarkan saja namja itu mengoceh sampai mulutnya berbusa, ia sudah tak peduli lagi. 

Donghae kini menghentikan ocehannya, karena Jessica tak membalasnya. Ocehannya kini tergantikan dengan menatap gadis itu. Menatap setiap inci wajah cantiknya. Membuat Jessica risih. 

Gadis itu hanya menunduk, ia tak berani bertatapan dengan mata sendu milik Donghae. Walau sejujurnya ia merindukan tatapan itu, tapi ia tak sanggup menahan air mata yang mungkin akan terjatuh nantinya bila bertatapan dengan namja itu. 

Jessica hanya bisa diam membatu saat tiba-tiba Donghae memeluknya erat. Hening. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut masing masing. Jessica mulai mengulurkan tangannya, membalas pelukan hangat Donghae. Entah apa yang ada dipikiran mereka saat ini. 

Donghae semakin mengeratkan pelukannya. Ia menciumi puncak kepala Jessica. Satu hal yang sangat ia rindukan adalah ketika memeluk gadis itu, serta menghirup aroma parfumnya yang selalu membuatnya tenang. 

Jessica memejamkam matanya. Bisa ia rasakan Donghae yang mencium puncak kepalanya. Ia tak berani berkata-kata, yang ia ingin lakukan sekarang adalah menikmati pelukan hangat yang sangat dirindukannya. 

"tteonajima" bisik Donghae. Ia mengusap lembut rambut Jessica. Sedangkan gadis yang ada dipelukannya itu hanya diam, tak tahu apa yang harus dibicarakannya. 

Bukannya menjawab, Jessica malah menangis. Ahh kenapa ia tidak ahli menahan tangis?? Tangisannya mulai terdengar. 

"Uljima.. mianhae" ucap Donghae lembut seraya mengusap punggung Jessica untuk menenangkannya. 

"Saranghae. Aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku. Jebal!" Donghae melepas pelukannya lalu menatap mata foxy milik gadis itu dalam. Ia menghapus air mata Jessica yang mengalir dengan ibu jarinya. 

"Dengarkan aku.!" Donghae menggenggam erat kedua tangan Jessica. Keduanya masih saling bertatapan. 

"Aku mencintaimu. Disaat aku jauh darimu, aku merindukanmu. Saat aku melihatmu menangis, hatiku ikut merasa sakit. Saat melihatmu dengan namja lain, aku marah, aku cemburu. Saat kau mengucapkan kata pisah, aku ingin mati saja daripada harus hidup tanpamu, itu terlalu menyakitkan untukku" ucap Donghae panjang lebar.

Jessica lagi-lagi hanya diam, ia menatap mata sendu Donghae, mencoba mencari kebohongan disana. Tapi apa yang ia dapatkan? Hanyalah tatapan kasih sayang dan ketulusan yang terpancar disana. 

Donghae menuntun tangan Jessica untuk menyentuh dadanya, agar Jessica tahu bahwa jantungnya selalu berdetak dua kali lebih cepat bila didekat Jessica. 

"Donghae.." Jessica langsung memeluk Donghae dan mulai terisak disana. Donghae kembali merasakan sakit ketika mendengar suara tangisan Jessica yang begitu menohok hatinya. Ia mengusap punggung gadis itu untuk menenangkannya. 

"Uljima.." Jessica masih terisak dalam pelukannya, dan bahkan gadis itu mengeratkan pelukannya. 

"Aku minta padamu untuk bertahan. Aku pasti akan mempertahankan hubungan kita bagaimanapun caranya. Aku tak akan peduli apa orang tua kita akan merestui hubungan kita atau tidak. Yang aku inginkan hanya bersamamu." Ucap Donghae. Ya ia akan tetap mempertahankan cintanya dengan Jessica, walau sekeras apapun eommanya menentang ia tak peduli. Ia juga ingin bahagia bersama pilihannya. Bolehkah ia egois? 

"Donghae, apa kamu tahu kenapa eommamu membenciku??" Tanya Jessica, ia melepas pelukannya. 

Donghae menggeleng. "Molla. Aku tidak peduli. sudah kubilang, aku tetap akan mempertahankanmu!" Donghae meyakinkan Jessica 

"Aniya, bukan begitu maksudku. Apa kau tahu masa lalu eommaku dengan eommamu?" Donghae menautkan kedua halisnya bingung. Masa lalu? Benar juga! Bukankah itu yang sejak lama ia pertanyakan? Mengapa eommanya mendadak membenci Jessica? Pantas saja, saat eommanya bertengkar dengan eomma Jessica, mereka membicarakan masa lalu. Sebenarnya ada apa? Donghae bertanya-tanya dalam hatinya. 

"Wae??" Tanya Donghae penasaran. 

"Aku tahu ini dari eommaku, sebenarnya dulu...................." Jessica mulai menceritakan apa yang di ceritakan eommanya pada Jessica tentang masa lalu eommanya dan eomma Donghae. 

Donghae sedikit kaget dengan apa yang diceritakan Jessica. Ia pikir kelakuan eommanya terlalu kekananak-kanakan. Dendam itu boleh saja, itu wajar, manusiawi. Tapi yang membuat Donghae tak suka adalah kenapa eommanya harus menyankut-pautkan masa lalu yang seharusnya sudah dilupakannya dengan hidupnya. Yang lebih ia tak suka adalah, kenapa eommanya harus membalas dendamnya pada Jessica yang tak tahu apa-apa. 

Jessica melihat Donghae mengepalkan tangannya erat. Pria itu marah. Jessica merutuki dirinya sendiri. Bodoh, kenapa ia malah mengatakan itu pada Donghae. "Kuminta kau jangan melakukan apa-apa pada eommamu." Pinta Jessica dengan raut khawatirnya. Ia khawatir Donghae akan melakukan sesuatu pada eommanya, karena yang ia ketahui Donghae adalah orang yang nekat. 


== 


Jam 07:30 PM, Jessica masih betah dengan tv yang sejak tadi menayangkan drama kesukaannya. Dengan ditemani dengan camilan, membuatnya sedikit menghilangkan rasa bosannya. Ia duduk sendiri di atas sofa empuk milik Donghae ini. Sejak satu jam yang lalu Donghae izin padanya untuk keluar sebentar. Ya Jessica memang belum pulang sejak kemarin. Entah kenapa ia tak berniat untuk pulang, dan malah ia betah disini, bersama Donghae. Bahkan ia melupakan tugasnya sebagai seorang dokter. Tapi tak apalah, ada Sunny disana. Sahabatnya itu pasti mengerti keadaannya sekarang. Tapi bagaimana dengan eomma? Pasti ia hanya sendirian di rumah, karena di tinggal Jessica pergi. Karena appa Jessica yang belum pulang dari tugasnya di London. 

Tak lama kemudian pintu apartemen Donghae terbuka, dan muncullah Donghae disana sambil menenteng sesuatu di kedua tangannya. "Ini, gantilah pakaianmu! Aku tahu kau tak nyaman memakai pakaian itu!" Donghae menyerahkan pakaian yang baru saja ia beli untuk Jessica. 

"Ne," Benar juga, baju ini memang membuat Jessica tak nyaman sedari tadi. Iapun segera memasuki kamar Donghae untuk mengganti pakaiannya.

"Setelah itu, kita makan malam" ucap Donghae sedikit berteriak karena Jessica sudah masuk ke kamarnya. 

Jessica keluar dari kamar Donghae dengan mengenakan baju yang dibeli Donghae untuknya. Terlihat pas dan nyaman. Mereka berduapun makan malam bersama. Setelah itu mereka menonton tv dengan duduk bersabelahan. Donghae yang merangkul Jessica serta Jessica yang menyandarkan kepalanya di bahu Donghae. 

"Donghae? Apa aku merepotkanmu?" Tanya Jessica pelan. 

"Hn? Tidak, sama sekali tidak! Justru aku senang karena bisa bersamamu. Kenapa bertanya seperti itu hn?" 

"Ani, jika kau keberatan bilang saja padaku. Aku akan pergi" balas Jessica.

Donghae menegakkan posisi duduknya dan memegang kedua bahu Jessica. "Dengar, kau sama sekali tak merepotkanku. Justru kau membuatku tenang karena terus berada disampingku. Aku jadi tidak perlu pusing memikirkan keadaanmu, karena kau disini" Ucap Donghae diakhiri dengan senyum manisnya dan Jessica membalas senyumannya. 

"Kalau begitu, bolehkah aku menginap lagi disini?" Tanya Jessica. Sebenarnya ia ragu bertanya tentang ini. Ia belum ingin pulang kerumahnya karena ia merasa lebih nyaman disini. Entahlah, apa karena disini ada Donghae?? 

Donghae mengangguk sambil mengusap rambut Jessica, "ne, kau boleh menginap disini kapanpun kau mau. Anggap saja rumah sendiri!" Donghae tersenyum. 

"Tapi, apa kau tahu dimana ponselku?" Tanya Jessica, sejak tadi malam ia tak melihat ponselnya. 

Donghae dengan cepat meraba-raba sakunya. "Ohh, ini!" Jessica bingung, kenapa ponselnya ada pada Donghae? 

"oh, itu.. tadi malam saat aku membawamu kesini, ponselmu jatuh dan aku membawanya. Aku tidak membukannya" jelas Donghae. Jessica mengerti, lalu ia mengaktifkan ponselnya. Banyak panggilan tak terjawab dan pesan dari eommanya dan ada juga dari Kyuhyun. Isi pesannya sama, menanyakan keberadaannya. Mereka mengkhawatirkan Jessica. Bahkan ada satu pesan dari eommanya yang berkata Tuan Jung akan pulang dari London, jika Jessica belum juga pulang. 

"Sepertinya aku harus pulang besok. Eomma dan Kyuhyun mengkhawatirkanku." Ucap Jessica. Donghae menoleh ketika mendengar nama Kyuhyun di sebutkan. 

"Kyuhyun?" Donghae memastikan. 

"Ne, wae? Aku hanya menganggapnya sebagai oppaku. Tak lebih" jelas Jessica. Donghae mengangguk, sebenarnya ia tak ingin Jessica pulang. Tapi, eomma Jessica begitu mengkhawatirkan putrinya. Jadi Donghae mengizinkan Jessica pulang. 

"Sebaiknya kau tidur sekarang, tak baik jika tidur terlalu larut." Ucap Donghae, ia mengantarkan Jessica ke kamarnya.

"Jaljayo" Donghae mengecup bibir Jessica, agak lama dan membuat gadis itu menunduk malu setelah Donghae kembali menarik bibirnya. 

"Ne" Jessica lalu menutup pintu kamar Donghae. Donghae tak tahu apa yang dilakukan gadis itu ketika pintu kamarnya telah tertutup. Gadis itu tersenyum sambil memegangi bibirnya. Ia masih bisa merasakan sentuhan lembut bibir Donghae di bibirnya. Hatinya berbunga-bunga, Jessica berlari cepat dan menjatuhkan dirinya di kasur milik Donghae. Ia menyukai tempat ini, disini ia bisa mencium bau namja itu. Ia terduduk sebentar sambil menghirup harum parfum Donghae yang sangat dikenalinya pada selimutnya. Ia melirik kearah nakas, terdapat foto dirinya dengan Donghae, semakin membuatnya berbunga-bunga. Ia lalu berbaring, kembali indra penciumannya mencium aroma Donghae pada bantal putihnya. Jessica menyukai ini, semua serba Donghae. 


== 


"Donghae!" Panggil Jessica. Donghae yang sedang menata makananya menoleh, sedikit mengangkat halisnya.

"Oh, kau sudah bangun?" Tanya Donghae. Jessica mengangguk lalu menghampiri Donghae. 

"Sudah biar aku saja!" Jessica membantu Donghae menata makanan di atas meja. 

"Baiklah jika itu maumu" Donghae duduk di kursi meja makan dan membiarkan Jessica yang menata makanannya. 

"Kita seperti sudah menikah ya?" Cetus Donghae, Jessica hanya tersenyum. 

Ting Tong 

Saat mereka tengah sarapan, tiba-tiba ada yang memencet bel aparteman Donghae. Donghae segera beranjak untuk membukakan pintu. Tapi Jessica segera menahannya. 

"Biar aku saja!" Jessica segera berlari kecil menuju pintu untuk membukanya, sedangkan Donghae melanjutkan sarapannya. 

Jessica terkejut ketika melihat dua orang wanita dihadapannya yang juga sama terkejut sepertinya. Mereka adalah Sooyoung dan eomma Donghae. 

"Waw! Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sooyoung dengan nada sedikit membentak. 

"Hey! Kau tidak tahu malu!! Apa yang kau lakukan disini?" Ucap eomma Donghae sama membentak seperti Sooyoung. 

Jessica hanya diam, ia kaget, ia takut, tak tahu apa yang harus ia jawab. Eomma Donghae sudah kesal dengan Jessica, ia tak bisa menahan amarahnya. Eomma Donghae lalu menjambak rambut Jessica. 

"Aaaaahhh.!!!!" Jessica berteriak kesakitan. 

Donghae yang sedang menikmati sarapannya segera berlari menghampiri Jessica, ketika mendengar teriakkan gadis itu. Ia terkejut ketika mendapati Sooyoung dan eommanyalah ternyata yang datang ke apartemannya. Apalagi ketika melihat eommanya sedang menjambak rambut Jessica. 

Segera Donghae melepaskan tangan eommanya dari kepala Jessica dengan sedikit kasar. 

"APA YANG EOMMA LAKUKAN HAHH??" Bentak Donghae, rahangnya mengeras menunjukkan betapa marahnya ia. Donghae segera menarik Jessica ke belakang tubuhnya, seperti anak kecil yang menyembunyikan permen karena takut di pinta oleh orang lain. Seperti halnya Donghae yang menyembunyikan Jessica di belakang tubuhnya, karena ia takut jika Jessica tersakiti lagi. 

"Donghae! Apa kau??? Arrggghhh!!! Kenapa kau membiarkan gadis ini kemari???? Apa kau sudah gila????" Bentak eomma Donghae. 

"Ada apa kalian kemari?" Tanya Donghae dingin, ia hanya melihat lurus ke depan, seolah ia tak ingin melihat muka kedua wanita itu. Tangannya menggenggam erat pergelangan tangan Jessica, gadis itu hanya menunduk takut di balik tubuh Donghae. 

"Wae? Apa tidak boleh kami datang kemari??" Sooyoung angkat bicara, terdengar dari nada suaranya yang tidak suka dengan adanya Jessica. 

"Jika kalian ingin berkunjung, silahkan berkunjung sesuka kalian!" ucap Donghae ia menarik Jessica masuk, lalu kembali ke pintu dengan jaket yang tersampir di bahu kiri Donghae. 

"Jangan lupa kunci pintunya jika kalian ingin pergi!! Kajja Jess!" Donghae menarik Jessica keluar dari apartemennya. Sooyoung dan eomma Donghae hanya menatap kesal pada Donghae dan Jessica. Mereka yang mulanya ingin membicarakan tentang pernikahan Donghae dan Sooyoung yang akan dilaksanakan di Jeju, terpaksa harus mereka bicarakan nanti setelah Sooyoung dan eomma Donghae melihat keberadaan Jessica di aparteman Donghae. Membuat amarah kedua wanita itu membuncah. 




TBC